PERAN KELUARGA DALAM PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN LANSIA
-> Apa itu Keluarga ?
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasar Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bab I pasal 1 ayat 6 pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami, istri dan anaknya; atau ayah dan anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda).
-> Sejarah Hari Keluarga
Kepala BKKBN pada waktu itu, Dr Haryono Suyono menyampaikan gagasan kepada Presiden Soeharto agar keluarga-keluarga Indonesia mempunyai hari tersendiri, untuk mendorong masyarakat untuk lebih bersemangat dalam membangun keluarganya. Alasan yang dikemukakan adalah: (1) mewarisi semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa. (2) tetap menghargai dan perlunya keluarga bagi kesejahteraan bangsa. (3) membangun keluarga menjadi keluarga yang mampu bekerja keras dan mampu berbenah diri menuju keluarga yang sejahtera.
Tanggal 29 Juni kemudian disepakati sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Hal ini tidak terlepas dari nilai historis, dimana tanggal 29 Juni 1949 tentara Republik Indonesia yang semula bergerilya siap masuk kota Yogyakarta dan para pejuang kembali kepada keluarganya masing-masing.
Sejarah mencatat, bahwa walaupun Indonesia sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun sampai tahun 1949 situasi bangsa kita belum begitu kondusif. Kondisi ini menuntut sebagian tentara dan masyarakat Indonesia melakukan perang gerilya, dan berpisah dengan keluarga, termasuk diantaranya Letnan Kolonen Soeharto, sebagai Komandan Gerilya di Yogyakarta. Melalui perjuangan yang gigih, akhirnya pada tanggal 22 Juni 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan bangsa Indonesia secara utuh. Enam hari kemudian yaitu tanggal 24-29 Juni 1949, proses penarikan tentara penjajah dari bumi Yogyakarta berlangsung, sehingga pada 29 Juni 1949 seluruh kota kosong dari tentara Belanda. Saat itulah tentara pejuang, dapat berkumpul kembali pada keluarganya. Letnan Kolonen Soeharto memberikan laporan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX bahwa seluruh keluarga yang berjuang dan bersembunyi di berbagai tempat, telah kembali kepada keluarganya masing-masing. Momentum inilah yang kemudian melandasi lahirnya Hari Keluarga.
Dari sejarah tercatat pula bahwa perhatian terhadap program KB dimulai pada tahun 1957, dengan terbentuknya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Perkumpulan ini fokus pada penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan, yang pada waktu itu telah mencapai tingkat 800 per 100.000. Kematian yang begitu tinggi disebabkan antara lain, karena terbatasnya dokter dan tenaga medis, minimnya peralatan kesehatan, pertolongan dilakukan melalui dukun, banyaknya penduduk yang kawin dan melahirkan pada usia muda, sehingga pertumbuhan penduduk sulit dikendalikan dan angka kematian ibu hamil dan melahirkan sangat tinggi. Secara resmi, pemerintah menjadikan program Keluarga Berencana menjadi program nasional, dilakukan bersamaan dengan berdirinya Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) pada 29 Juni 1970, yang merupakan puncak kristalisasi semangat pejuang Keluarga Berencana (KB) untuk memperkuat dan memperluas program KB.
Program KB dicanangkan pemerintah Orde Baru, selain untuk menekan laju pertambahan penduduk, dengan jumlah keluarga inti yang cukup, juga agar kesejahteraan keluarga dapat meningkat secara signifikan. Tanggal 29 Juni 1970 kemudian dikenal pula dengan tanggal dimulainya Gerakan KB Nasional. Jadi, lahirnya Hari Keluarga di Indonesia ditandai dengan dimulainya hari kebangkitan; bangkitnya kesadaran keluarga untuk membangun dirinya ke arah keluarga kecil melalui Keluarga Berencana (KB). Maka tidak heran bila peringatan Hari Keluarga selalu dipelopori oleh BKKBN sebagai lembaga pemerintah non-departemen yang mengurusi bidang keluarga berencana, dan Tim Penggerak PKK selaku gerakan masyarakat di semua lapisan wilayah.
-> Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Lansia.
Peran keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya, ekonomi), membantu penyelenggaraan yankes (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif), dan Ikut dalam proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia. Selain itu, yang terpenting dari pelayanan kesehatan itu sendiri adalah kesadaran dari setiap individu untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin.
Demikian disampaikan oleh Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar (BUKD) Kementerian Kesehatan RI, dr. R. Dedi Kuswenda, M.Kes, pada acara temu media tentang Hari Lanjut Usia 2013: Lanjut Usia Pelopor Jati Diri Bangsa, di Lingkungan Kemenkes
Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6%dr total penduduk), pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta, tambah dr. Dedi.Sementara itu, negara melalui UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 138, bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untukmenjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib menjamin ketersediaanpelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif, jelas Direktur BUKD.Menurut dr. Dedi, kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan Kualitas hidup Lansia agar sehat, mandiri, produktif, berguna dansejahtera. Secara khusus tujuan dari kebijakan ini diantaranya guna meningkatkan kesadaran lansia untuk menjaga kesehatan, meningkatkan peran sertakeluarga dan masyarakat, meningkatkan mutu pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi lansia. Pembinaan Kesehatan bagi Lanjut usia dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan keluarga dan masyarakat, serta kemitraan dengan LSM dan swasta, pembinaan dengan pendekatan holistic, melalui pelayanan dasar dengan sistem rujukan yang berkualitas secara komprehensif (promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif), tambah dr. Dedi.
Jenis pelayanan yang dikembangkan oleh Kemenkes yaitu dengan melibatkan lintas program terkait di Kemenkes, melalui pelayanan dasar di puskesmas santunlansia, pelayanan rujukan di Rumah Sakit, pelayanan Kesehatan Jiwa bagi lansia, pelayanan Home Care yang terintegrasi dalam perawatan kesehatanmasyarakat, peningkatan inteligensia kesehatan bagi lansia, pencegahan Penyakit Tidak Menular melalui Posbindu PTM, dan pelayanan Gizi bagi Lansia, tutur dr.Dalam kesempatan ini, dr. Dedi juga menyampaikan terkait hasil pengembangan program kesehatan lanjut usia saat ini telah dikembangkan di 33 provinsi,dengan jumlah Puskesmas Santun lanjut usia sebanyak lebih kurang 528 Puskesmas yang tersebar di 231 kab/kota, jumlah kelompok Lanjut Usia (PosyanduLansia) yang memberikan pelayanan promotif dan preventif ada 69.500 yang tersebar di semua provinsi. Dan Rumah Sakit yang mempunyai poliklinik geriatri ada 8 yaitu RSCM Jakarta, RSUP Karyadi Semarang, RSUP Sardjito Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar, RSHS Bandung, RSUP Wahidin Makassar, RSUD Soetomo Surabaya, RSUD Moewardi Solo.
Sumber :
• http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=684&ContentTypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897
• https://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga
• http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=2313